MidReal Story

Japanese Teacher

Scenario:Bahasa Indonesia Judul: Japanese Teacher Sinopsis: Jake Sim baru saja belajar di sekolah ternama. Baru sehari belajar, dia sudah punya masalah dengan salah satu gurunya. Tapi anehnya, sikap gurunya itu tiba-tiba berubah. ____________________________________________ + bxb/boyslove + dom ; Nishimura Riki + sub ; Jake Sim + no slow-burn setiap bab panjang ceritanya 1000 kata buatkan cerita ini menjadi sedetail yang mungkin dan mudah difahami dan selalu berlanjutan sampai habis tanpa ada yang skip buatkan dialog seimbang dengan karakter mulai bab 1 versi lengkap
Create my version of this story
Bahasa Indonesia Judul: Japanese Teacher Sinopsis: Jake Sim baru saja belajar di sekolah ternama. Baru sehari belajar, dia sudah punya masalah dengan salah satu gurunya. Tapi anehnya, sikap gurunya itu tiba-tiba berubah. ____________________________________________ + bxb/boyslove + dom ; Nishimura Riki + sub ; Jake Sim + no slow-burn setiap bab panjang ceritanya 1000 kata buatkan cerita ini menjadi sedetail yang mungkin dan mudah difahami dan selalu berlanjutan sampai habis tanpa ada yang skip buatkan dialog seimbang dengan karakter mulai bab 1 versi lengkap

Jake Sim

He is a student at Tama Central High School. He is observant, sarcastic, and anxious. Jake notices changes in his surroundings and people's behavior, especially after moving to a new school. He struggles with the atmosphere there, including being surrounded by popular students. Jake has a peculiar encounter with his Japanese teacher, Nishimurasensei, who unexpectedly becomes friendly towards him. This leads to an unusual bond between them, filled with quirks and anomalies.

chat_icon

Kazuki

He is Jake's classmate and a student exchange program participant from Japan. He is cheerful, curious, and talkative. Kazuki quickly befriends Jake despite their initial awkwardness. He brings a foreign atmosphere to the school environment and often engages with other students, including popular ones. Kazuki’s presence triggers Jake's thoughts about his own situation as an exchange student from Singapore. Their interactions highlight the social dynamics within the school and their experiences as outsiders.

chat_icon

Nishimura Riki

He is a teacher at Tama Central High School. He is eccentric, enigmatic, and abrupt. Nishimurasensei initially scares Jake with his sudden change in demeanor from hostile to friendly. He often enters the classroom unannounced, calling out students' names in a loud voice. Despite his odd behavior, he shows peculiar affection towards Jake, which confuses and intrigues him. Nishimurasensei's actions and motivations remain mysterious throughout their interaction.

chat_icon
Hari pertama sekolah sudah berakhir.
Saya masih belum terbiasa dengan suasana di sekolah baru ini.
Semua terlihat sama, tidak ada yang berbeda.
Tamanegi Prefecture, Tama Central High School.
Sekolah ternama di daerah ini, tapi buat saya semua ini masih terlihat aneh.
Baru sehari belajar, saya sudah memiliki masalah dengan salah satu guru.
Saya tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Saya memasuki ruang guru untuk mengambil rapor yang tertinggal di meja guru Jepang, Nishimura Riki.
Saya melangkah perlahan dan memperhatikan suasana di ruang guru.
Semua guru sedang sibuk dengan urusan masing-masing.
Saya mencari meja guru Jepang dan mendapati bahwa dia sedang duduk di sana.
Dia tidak mengucapkan salam atau memberitahu saya bahwa dia ada di sana.
Saya merasa lega karena tidak ada guru lain di sana.
"Sensei, saya lupa membawa rapor kemarin. Saya izin ambil rapor di sini."
Saya mengucapkan salam dan mendatangi meja guru Jepang.
Tiba-tiba dia mengucapkan salam padaku dengan nada yang keras dan membuat saya kaget.
"Ah, Jake Sim! Apa kamu lakukan disini?!"
Japanese Teacher
Saya membeku sejenak ketika dia mengucapkan salam padaku dengan nada yang keras.
Tangan saya masih terangkat ke arah rapor yang berada di atas meja guru Jepang.
Lampu neon di atas ruangan guru terlihat menyala dengan cahaya yang terang.
Beberapa guru lain memandang ke arah kami dengan tatapan yang penasaran.
Saya merasa tenggorokan saya kering dan berusaha menjelaskan lagi.
"Sensei, saya lupa membawa rapor kemarin. Saya izin ambil rapor di sini."
Namun, dia tidak memberi saya kesempatan untuk menjelaskan lebih lanjut.
Dia tiba-tiba berdiri dari kursinya dan membuat suara gesekan yang keras.
Kursinya terjatuh ke belakang dan membuat saya kaget.
Dia kemudian berdiri di depan saya dengan wajah yang serius dan tidak terbaca.
Japanese Teacher
Dia memakai kacamata tebal yang membuat wajahnya terlihat lebih serius.
Dia memakai setelan hitam yang rapi dan dasi hitam yang terikat dengan rapi.
Dia terlihat seperti seorang bos besar yang sedang marah.
Saya merasa takut ketika dia mendekati saya dan menatap saya dengan tatapan yang tajam. "Jake Sim, apa kamu pikir kamu bisa melakukan apa saja?" dia bertanya dengan nada yang keras.
Saya merasa takut untuk menjawab pertanyaannya, tapi saya tahu bahwa saya harus menjawabnya.
"Sensei, saya lupa membawa rapor kemarin. Saya izin ambil rapor di sini."
Dia tidak menjawab pertanyaan saya, tapi dia malah mendekati saya lebih dekat lagi.
Saya merasa takut ketika dia mendekati saya dan menatap saya dengan tatapan yang tajam.
Dia kemudian meletakkan kedua tangannya di atas meja dan menatap saya dengan tatapan yang serius.
Dasi hitamnya tergantung di antara kami dan membuat saya merasa takut.
Japanese Teacher
"Jake, kamu tahu kenapa aku memanggilmu ke sini?"
"Tidak, Sensei, saya benar-benar hanya ingin mengambil rapor saya."
"Rapor itu bukan masalahnya; ada sesuatu yang lebih penting yang harus kita bicarakan."
Jantung saya berdegup kencang ketika wajahnya semakin mendekati saya.
Lampu neon di atas ruangan memantulkan cahaya yang terang ke arah kacamata tebalnya, membuat saya tidak bisa melihat ekspresi wajahnya.
Dia mengambil langkah lebih dekat lagi, dan saya bisa merasakan napas hangatnya di telinga saya.
Saya mencoba mundur sedikit, tapi dia tiba-tiba memegang bahu saya dengan erat, membuat saya tidak bisa bergerak.
"Jake-kun," dia berbisik dengan suara yang lembut, "tulisanmu dalam bahasa Jepang telah... mengkhawatirkan saya."
Dia menatap saya dengan tatapan yang tajam, dan saya bisa merasakan tekanan di bahu saya semakin kuat ketika saya mencoba menghindar.
Ruangan guru yang tadinya kosong sekarang terasa sesak dan panas.
Saya mencoba menelan ludah untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokan saya, tapi tidak berhasil.
Dia masih memegang bahu saya dengan erat, membuat saya tidak bisa bergerak.
Saya melihat ke arah meja guru Jepang dan melihat tumpukan kertas yang tebal di atasnya.
Japanese Teacher
Kertas-kertas itu adalah rapor-rapor yang belum selesai diperiksa, dan di antaranya ada rapor saya yang masih tertumpuk di atas meja. Saya bisa melihat bahwa rapor-rapor itu telah diberi tanda merah oleh guru Jepang, dan saya tahu bahwa itu berarti ada kesalahan besar di dalamnya.
Saya merasa takut ketika menyadari bahwa saya tidak bisa menghindari percakapan ini lagi.
Saya harus menghadapi konsekuensi dari kesalahan-kesalahan saya sendiri.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti abad, dia akhirnya melepaskan pegangan bahunya.
"Saya tahu ini adalah awal dari sesuatu yang tidak bisa saya hindari."
Japanese Teacher
Suara saya bergetar ketika saya memaksa kata-kata keluar dari mulut saya.
Dia mengangkat alisnya sedikit, tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Pegangan bahunya sedikit melonggar, tapi dia masih berdiri terlalu dekat dengan saya.
Saya bisa mencium bau kopi di napasnya, dan itu membuat saya merasa tidak nyaman.
Dia memperhatikan wajah saya dengan tatapan yang tajam, seolah mencari tanda-tanda kejujuran di balik kata-kata saya.
Saya menatap ke arah dasi hitamnya dan melihat ada noda kecil kopi di tengahnya.
Entah mengapa, noda kecil itu membuat saya merasa lebih nyaman karena itu membuktikan bahwa dia juga manusia biasa.
Saya mencoba menggeser berat badan saya sedikit, tapi jari-jarinya menekan bahu saya lagi, seolah memberi perintah untuk tidak bergerak.
Dia mendekati saya lagi, dan kacamata tebalnya tergelincir sedikit ke hidungnya.
"Jake-kun," dia berbisik dengan suara yang rendah, "apakah kamu benar-benar paham apa yang kamu lakukan?"
Japanese Teacher
Saya mengangguk perlahan, dagu saya hampir tidak bergerak.
Jari-jarinya menekan bahu saya lebih keras, dan saya mengerutkan alis karena tekanan itu.
Ruangan guru yang tadinya kosong sekarang terasa seperti perangkap, hanya ada kita berdua dan tumpukan kertas di atas meja dia.
Ketika saya mencoba berbicara, suara saya terdengar lemah dan bergetar.
Wajah Nishimurasensei berubah sedikit, ekspresi seriusnya melunak sedikit, tapi jari-jarinya tetap memegang bahu saya erat.
Japanese Teacher
Lampu neon di atas ruangan memantulkan cahaya yang keras ke arah kacamata tebalnya, membuat saya sulit melihat ekspresi wajahnya.
Saya menunggu dengan jantung yang berdegup kencang, menunggu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Suara saya bergetar ketika saya mencoba berbicara lagi.
"Bagaimana... bagaimana jika kita pergi ke tempat lain?"
Saya tidak tahu apa yang membuat saya mengucapkan kata-kata itu, tapi itu adalah satu-satunya hal yang terlintas di pikiran saya.
Dia memperhatikan saya dengan tatapan yang tajam, seolah mencari tanda-tanda kejujuran di balik kata-kata saya.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti abad, dia akhirnya melepaskan pegangan bahunya.
Saya merasa lega ketika jari-jarinya tidak lagi menekan bahu saya, tapi saya masih merasa tidak nyaman karena tatapan matanya masih terfokus pada saya.
Dia mengambil langkah mundur dan menyesuaikan dasi hitamnya yang sedikit melorot.
Saya melihat wajahnya dengan hati-hati, mencari tanda-tanda emosi di balik kacamata tebalnya.
Setelah beberapa detik, dia mengangkat alisnya sedikit dan mengucapkan kata-kata yang membuat saya terkejut.
"My office," dia mengucapkan dengan suara yang rendah, seolah memberi perintah untuk mengikutinya. Saya melihat ke arah meja dia dan melihat bahwa rapor-rapor yang belum diperiksa masih tertumpuk di atasnya.
Japanese Teacher
Saya tahu bahwa rapor-rapor itu adalah bukti kesalahan-kesalahan saya sendiri, dan saya merasa takut ketika menyadari bahwa saya harus menghadapi konsekuensi dari kesalahan-kesalahan itu.
Dia mengambil beberapa kertas dari atas meja dan memasukkannya ke dalam tas kerja hitamnya.
Saya melihat ke arah tas kerja dia dan melihat bahwa ada logo sekolah di bagian depannya.
Logo itu terlihat seperti simbol kekuasaan dan otoritas, dan itu membuat saya merasa tidak nyaman.
Setelah dia selesai mengambil kertas-kertas, dia menutup tas kerja hitamnya dengan suara yang keras, seolah memberi sinyal bahwa percakapan ini belum berakhir.
Japanese Teacher
"Jake-kun, mari kita bicarakan ini dengan tenang di kantor saya," katanya sambil melangkah ke arah pintu.
Saya menelan ludah, merasa gugup, tetapi mengangguk dan mengikuti langkahnya.
Saat kami berjalan keluar ruangan, dia menambahkan, "Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kesalahan di rapor itu."
Saya mengikuti langkah Nishimurasensei di sepanjang koridor yang kosong.
Suara langkah kaki saya terdengar bergetar di belakangnya, seolah mencoba mengejar ritme langkahnya yang stabil.
Koridor sekolah yang biasanya ramai kini terlihat sunyi dan gelap, lampu-lampu neon di atas kepala kami memantulkan cahaya yang dingin ke arah dinding putih.
Jendela-jendela yang terletak di sepanjang koridor terlihat seperti mata-mata yang diamati kami berdua, sementara pintu-pintu kelas yang tertutup terlihat seperti pintu menuju dunia lain.
Saya merasa gugup ketika saya menyadari bahwa kami berdua sedang berjalan ke suatu tempat yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Langkah Nishimurasensei terlihat stabil dan percaya diri, seolah dia telah melakukan hal ini berkali-kali sebelumnya.
Dia membawa tas kerja hitamnya di tangan kanannya, sementara jari-jarinya yang panjang dan kurus terlihat seperti sedang memainkan piano di udara.
Saya melihat ke arah dasi hitamnya yang masih sedikit melorot, dan saya merasa tidak nyaman ketika menyadari bahwa dia masih memperhatikan saya dengan tatapan tajam di balik kacamata tebalnya. Saya mencoba menyesuaikan langkah saya agar sesuai dengan ritme langkahnya, tetapi kaki saya terasa lemah dan gemetar.
Saya merasa takut ketika menyadari bahwa saya tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi saya juga merasa penasaran tentang apa yang akan dia katakan di kantornya nanti.
Setelah beberapa menit berjalan, kami akhirnya tiba di depan pintu kantor Nishimurasensei.
Japanese Teacher
Pintu itu terlihat seperti pintu menuju dunia lain, dengan warna hijau tua yang menonjol di antara dinding putih koridor.
Nishimurasensei mengambil kunci dari saku celananya dan membuka pintu dengan suara klik yang keras.
Saya melihat ke dalam ruangan dan melihat bahwa kantor Nishimurasensei terlihat seperti ruangan yang sederhana dan rapi.
Dinding ruangan dipenuhi dengan rak-rak buku yang terisi penuh, sementara di bagian tengah ruangan terdapat meja kerja yang dipenuhi dengan kertas-kertas dan berbagai peralatan tulis.
Di bagian belakang meja kerja, saya melihat sebuah kursi hitam yang terlihat seperti tempat duduk seorang bos.
Nishimurasensei memasuki ruangan terlebih dahulu, diikuti oleh saya yang masih merasa gugup.
Setelah kami berdua berada di dalam ruangan, dia menutup pintu kantor dengan suara klik yang keras, membuat saya sedikit terkejut. Saya melihat ke arahnya dan melihat bahwa dia sedang memperhatikan saya dengan tatapan tajam di balik kacamata tebalnya.
Dia mengangkat alisnya sedikit, seolah memberi isyarat agar saya duduk di kursi yang ada di depan meja kerja.
Saya mengangguk perlahan dan berjalan menuju kursi itu, merasa tidak nyaman ketika menyadari bahwa dia masih memperhatikan saya dengan tatapan tajam.
Setelah saya duduk di kursi, dia berjalan menuju meja kerja dan meletakkan tas kerja hitamnya di atas meja.
Suara tas kerja itu mengenai permukaan meja terdengar keras dan jelas di ruangan yang sunyi. Dia kemudian duduk di kursi hitam di belakang meja kerja, membuat saya merasa tidak nyaman ketika menyadari bahwa dia masih memperhatikan saya dengan tatapan tajam.
Saya mencoba menyesuaikan posisi duduk saya agar terlihat lebih nyaman, tetapi kaki saya masih terasa lemah dan gemetar.
Japanese Teacher
Setelah beberapa detik, Nishimurasensei akhirnya membuka mulutnya dan mengucapkan kata-kata yang membuat saya terkejut.
"Jake-kun, apakah kamu tahu mengapa aku memanggilmu ke sini?" tanyanya dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya.
Saya menggeleng, meskipun di dalam hati saya sudah menduga jawabannya.
Dia menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Ada sesuatu yang harus kamu ketahui tentang ayahmu dan peran yang dia mainkan di sekolah ini."
Saya melihat ke arahnya dan melihat bahwa wajahnya terlihat lebih lembut daripada sebelumnya.
Kacamata tebalnya yang biasanya terlihat seperti perisai kini memantulkan cahaya lampu neon di atas kepala kami dengan cara yang berbeda, membuat mata di baliknya terlihat lebih hangat.
Dia menunduk sedikit, meletakkan tangan kanannya di atas meja kerja, sementara jari-jarinya yang panjang dan kurus terlihat seperti sedang memainkan piano di udara.
Suara napasnya terdengar stabil, seolah dia sedang mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Setelah beberapa detik, dia mengangkat alisnya sedikit dan mengucapkan kata-kata yang membuat saya terkejut.
"Jake-kun, aku tahu kamu masih merasa takut dan gugup," katanya dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya.
"Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan melakukan apa-apa yang bisa menyakitimu."
Saya melihat ke arahnya, mencoba memahami apa yang dia maksudkan.
Matanya terlihat hangat di balik kacamata tebalnya, seolah dia benar-benar peduli dengan perasaan saya. "Jake-kun, aku ingin kamu tahu bahwa aku hanya ingin membantu kamu," katanya lagi, suaranya masih lembut dan tenang.
"Aku tahu kamu masih merasa takut dan gugup, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan melakukan apa-apa yang bisa menyakitimu."
Japanese Teacher
Saya melihat ke arahnya, mencoba memahami apa yang dia maksudkan.
Matanya terlihat hangat di balik kacamata tebalnya, seolah dia benar-benar peduli dengan perasaan saya.
Setelah beberapa detik, dia mengangkat alisnya sedikit dan mengucapkan kata-kata yang membuat saya terkejut.
"Jake-kun, apakah kamu siap mendengarkan apa yang aku harus katakan?"
Saya mengangguk perlahan, masih merasa takut dan gugup.
Japanese Teacher
Tapi saya juga merasa penasaran tentang apa yang dia akan katakan selanjutnya.
"Ya, Sensei, saya siap mendengarkan," jawab saya dengan suara yang bergetar sedikit.
Dia mengangguk pelan, lalu berkata, "Ayahmu adalah salah satu pendiri sekolah ini, dan ada banyak hal yang belum kamu ketahui tentang warisan yang dia tinggalkan."
Saya terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Apa maksudnya bagi saya, Sensei?"
Dia mengambil napas dalam-dalam, lalu berkata, "Jake-kun, ada beberapa hal yang aku harus tunjukkan kepada kamu."
Saya melihat ke arahnya, mencoba memahami apa yang dia maksudkan.
Dia membuka tas kerja hitamnya dan mengambil sebuah amplop kuning yang terlihat tua.
Dia membuka amplop itu dengan hati-hati, lalu mengeluarkan beberapa foto lama.
Saya melihat ke arah foto-foto itu, mencoba memahami apa yang dia tunjukkan kepada saya.
Di foto-foto itu, saya melihat ayah saya berdiri di depan bangunan sekolah yang masih dalam tahap pembangunan.
Dia terlihat bahagia dan percaya diri, seolah dia sedang merencanakan sesuatu yang besar. Di foto lain, saya melihat ayah saya bersama seseorang yang terlihat seperti Nishimurasensei ketika masih muda.
Mereka berdua terlihat seperti teman baik, seolah mereka memiliki hubungan yang erat.
Saya melihat ke arah Nishimurasensei, mencoba memahami apa yang dia coba tunjukkan kepada saya.
"Ayahmu adalah salah satu pendiri sekolah ini," katanya lagi.
Japanese Teacher
"Dan aku adalah salah satu teman baiknya."
Saya terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi itu.
"Apa maksudnya bagi saya, Sensei?" tanyaku lagi.
Dia mengambil napas dalam-dalam, lalu berkata, "Jake-kun, ada beberapa hal yang aku harus tunjukkan kepada kamu."
Saya melihat ke arahnya, mencoba memahami apa yang dia maksudkan.
Japanese Teacher
Dia mengambil sebuah dokumen lama dari tas kerjanya dan meletakkannya di atas meja kerja.
Saya melihat ke arah dokumen itu, mencoba memahami apa yang dia tunjukkan kepada saya. Dokumen itu terlihat seperti surat wasiat ayah saya, seolah dia sedang meninggalkan warisan untuk saya.
Saya merasa takut ketika menyadari bahwa ayah saya telah meninggalkan sesuatu yang penting untuk saya.
"Ayahmu meninggalkan warisan untuk kamu," katanya lagi.
Dengan jari-jari yang gemetar, saya membuka dokumen itu sambil memperhatikan reaksi Nishimurasensei.
Kertasnya terlihat kuning kecoklatan, dengan ujung-ujung yang sudah aus dan sudut-sudut yang sedikit robek.
Tinta hitam yang pernah menulis kata-kata penting di atasnya kini telah memudar menjadi coklat tua.
Saya melihat ke arah Nishimurasensei, yang sekarang duduk tegak di kursinya, matanya fokus pada saya.
Dia meletakkan tangan kanannya di atas meja kerja, sementara jari-jarinya yang panjang dan kurus terlihat seperti sedang memainkan piano di udara.
Japanese Teacher
Kacamata tebalnya memantulkan cahaya lampu neon di atas kepala kami, membuat mata di baliknya terlihat lebih tajam.
Saya menarik napas dalam-dalam sebelum mulai membaca kata-kata yang tertulis di atas kertas.
Baris pertama membuat saya terkejut: "Untuk anakku Jake, ketika kamu siap memahami."
Saya berhenti sejenak, menggenggam kertas lebih erat, takut untuk melanjutkan membaca tetapi tidak bisa berhenti.
Tangan saya gemetar ketika saya melanjutkan membaca, baris demi baris membuka rahasia yang selama ini tersembunyi.
Ayah saya bukan hanya salah satu pendiri sekolah ini, tetapi dia juga melakukan penelitian rahasia di sebuah fasilitas tersembunyi di bawah bangunan sekolah.
Saya melihat ke arah Nishimurasensei, yang sekarang sedang memperhatikan saya dengan mata tajam di balik kacamata tebalnya.
Dia menunduk sedikit, seolah dia ingin memastikan bahwa saya benar-benar membaca dokumen itu.
Saya melihat kembali ke dokumen itu, membaca kata-kata yang semakin sulit dipahami karena tinta yang sudah pudar.
Namun, saya terus membaca, mencoba memahami apa yang ayah saya tuliskan di sana.
Baris demi baris membuat saya semakin penasaran tentang apa yang ayah saya lakukan di fasilitas tersembunyi itu.
Saya melihat ke arah Nishimurasensei lagi, dan kali ini dia sedang menatap saya dengan mata tajam di balik kacamata tebalnya.
Dia menunduk sedikit, seolah dia ingin memastikan bahwa saya benar-benar membaca dokumen itu. Saya melihat kembali ke dokumen itu, membaca kata-kata yang semakin sulit dipahami karena tinta yang sudah pudar.
Namun, saya terus membaca, mencoba memahami apa yang ayah saya tuliskan di sana.
Japanese Teacher
Japanese Teacher
Baris demi baris membuat saya semakin penasaran tentang apa yang ayah saya lakukan di fasilitas tersembunyi itu.
Tangan saya gemetar ketika saya membaca baris terakhir: "Untuk kamu, Jake. Aku percaya kamu akan memahami."
Saya melihat ke arah Nishimurasensei lagi, dan kali ini dia sedang menatap saya dengan mata tajam di balik kacamata tebalnya.
Dia menunduk sedikit, seolah dia ingin memastikan bahwa saya benar-benar membaca dokumen itu.