MidReal Story

Forbidden

Scenario:Tentang dua pria muda yang berasal dari dunia berbeda — satu anak politikus konservatif yang perfeksionis, satu lagi anak seorang mantan napi yang tumbuh di lingkungan keras. Pertemuan mereka tak terduga, hubungan mereka berkembang secara diam-diam dan menguji batas moral, keluarga, hingga hidup mereka sendiri.
Create my version of this story
Tentang dua pria muda yang berasal dari dunia berbeda — satu anak politikus konservatif yang perfeksionis, satu lagi anak seorang mantan napi yang tumbuh di lingkungan keras. Pertemuan mereka tak terduga, hubungan mereka berkembang secara diam-diam dan menguji batas moral, keluarga, hingga hidup mereka sendiri.

Cameron

He is a young lawyer working for a conservative politician's father. He is ambitious,meticulous,and introspective. Cameron struggles with his father's expectations and his own desires. He meets Zachary at a gay bar,and their unexpected connection challenges his perceptions of himself and others. As their relationship evolves,Cameron finds himself drawn to Zachary's carefree nature,which contrasts with his own rigid upbringing. Through their bond,Cameron discovers aspects of himself that he never considered before.

chat_icon

Zachary

He is the son of a former inmate and an unwed teenage mother. He is rebellious,spontaneous,and accepting. Zachary grew up in a harsh environment but developed a carefree attitude as he navigated life outside mainstream society. At a bar,he meets Cameron and embarks on an unexpected relationship with him. Zachary's past influences his choices and actions,but he remains focused on enjoying life and building a future with Cameron despite their significant age difference.

chat_icon
Saya menatap wajahnya, mencari jawaban atas pertanyaan yang tak perlu diucapkan.
Dia tahu apa yang saya tanyakan, dan saya tahu jawabannya sebelum dia mengucapkan kata-kata yang keluar dari bibirnya.
"Saya bukan anak laki-laki yang kamu harapkan, dan kamu bukan anak perempuan yang ayah saya butuhkan."
Saya tersenyum tipis.
"Kita saling melengkapi."
"Melengkapi?"
Saya mengangguk.
"Kita sama-sama tidak sempurna, tapi kita bisa saling melengkapi kekurangan kita."
Zachary tersenyum lebar, dan saya bisa melihat kegembiraan di matanya.
"Saya suka itu."
"Saya juga."
Saya memandangnya dalam-dalam, mencoba memahami perasaan yang terjadi di dalam diri saya sendiri.
Saya merasa lega, bahagia, dan tak terdefinisi.
Semua perasaan buruk yang saya miliki sebelumnya lenyap begitu saja, digantikan oleh perasaan bahagia dan damai.
Forbidden
Saya menjangkau celah kecil di antara kami, tangan saya sedikit bergetar.
Cahaya bar yang redup menciptakan bayangan di sudut tempat duduk kami, dan jari-jari saya menyentuh telapak tangan kasar Zachary.
Mata Zachary melebar, terkejut dengan keberanian saya di tempat umum ini.
Ayah saya bisa datang kapan saja, tapi saya tidak peduli.
Zachary menganyam jari-jarinya dengan jari saya, ibu jari dia menggambar lingkaran di kulit saya.
Forbidden
Sentuhan itu mengirimkan listrik melalui lengan saya, membuat napas saya terhenti sejenak.
Seorang pelayan mendekati meja kami, dan saya mulai menarik tangan saya, tapi Zachary mempertahankannya, menantang saya dengan tatapan matanya yang stabil.
Kami saling menatap, dan dalam keheningan itu, saya tahu segalanya akan baik-baik saja.
Langkah kaki pelayan semakin dekat, dan saya melihat dia membawa sebuah amplop putih.
Jantung saya mulai berdegup lebih cepat, dan saya mencoba menarik tangan saya lagi dari genggaman Zachary, tapi dia hanya mempertahankannya lebih erat.
Ibu jari dia terus menggambar pola di kulit saya, membuat saya merasa terjebak dalam situasi yang tak terduga.
Pelayan itu tampaknya menyadari keadaan kami, tapi dia tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan.
Dia hanya tersenyum ramah dan menghampiri meja kami.
Forbidden
"Selamat kepada Anda berdua," katanya sambil membungkuk sedikit.
"Anda telah memenangkan undian malam ini."
Zachary akhirnya melepaskan genggamannya pada tangan saya, membiarkan saya menerima amplop itu.
Dengan jari-jari bergetar, saya membuka amplop putih itu.
Zachary mendekatkan diri, bahu dia menempel di bahu saya.
Di dalam amplop, saya menemukan dua tiket pesawat ke Paris.
Tiket itu tertera tanggal keberangkatan bulan depan.
Napas saya terhenti ketika saya membaca detail tujuan di tiket.
Ayah saya selalu mengingatkan saya untuk tidak melakukan perjalanan yang sia-sia, tapi kali ini...
Zachary menyadari keheningan saya dan mengambil salah satu tiket.
Dia memeriksa tiket itu di bawah cahaya bar yang redup.
"Saya belum pernah naik pesawat," katanya dengan suara pelan.
Kata-katanya terdengar jujur dan polos, tanpa kesombongan yang biasa dia tunjukkan.
Forbidden
Saya menoleh dan melihat matanya bersinar dengan campuran antara kegembiraan dan ketidakpastian.
Saya menatap tiket di tangan saya, merasakan ketebalan kertas yang terasa nyata di antara jari-jari saya.
Suara latar belakang bar yang ramai mulai memudar, dan perhatian saya terfokus pada profil Zachary.
Saya melihat garis rahangnya yang tajam, bekas luka kecil di atas alis matanya, dan gerakan lembut kerongkongan dia saat dia menelan ludah.
Suara ayah saya terdengar di benak saya, mengingatkan saya untuk tidak mengambil keputusan yang terlalu impulsif dan selalu memperhatikan penampilan.
Tapi melihat Zachary menelusuri tepi tiket dengan ujung jari yang kasar, sesuatu di dalam diri saya berubah.
Forbidden
Saya meletakkan tiket di atas meja dengan hati-hati, kemudian meraih tangan Zachary lagi.
Matanya terangkat, menatap saya dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Saya ingin kita pergi."
Seorang pria tinggi dengan jaket kulit yang terlihat aus menghampiri meja kami.
Mata dia fokus pada tiket di tangan saya, dan tanpa menunggu undangan, dia menggeser diri ke kursi kosong di samping kami.
Dia meletakkan selembar kertas berwarna kekuningan di atas meja.
"Paris, huh?" dia mengatakan sambil membuka kertas yang ternyata adalah sebuah peta tua.
Jari-jari dia yang kasar dan terlihat lelah melacak garis-garis yang terdapat di atas kertas, berhenti di titik-titik tertentu yang diberi tanda di seluruh penjuru kota.
Saya tanpa sadar mendekatkan diri ke arah Zachary, merasakan ketegangan meningkat di antara kita berdua.
Pria itu mengetuk bagian peta yang menunjukkan area dekat Sungai Seine.
"Ada lebih banyak hal daripada sekadar tempat wisata di Paris," dia mengatakan sambil mendorong peta ke arah kami.
"Gambar ini menunjukkan di mana harta sebenarnya bersembunyi."
Zachary dan saya saling berpandangan, menyadari bahwa perjalanan ini baru saja berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dari yang kami bayangkan.
Forbidden